Daftar Blog Saya

Minggu, 10 April 2011

Model Kepemimpinan "Pelayanan" Yesus Kristus


Banyak orang salah mengerti tentang kepemimpinan. Mereka beranggapan bahwa kepemimpinan melekat di dalam kekuasaan, posisi atau jabatan. Anggapan klasik tentang kepemimpinan adalah seseorang yang memiliki posisi tertentu atau jabatan tertentu di dalam sebuah organisasi. Melalui posisi, kedudukan dan kekuasaan yang dimilikinya, orang menjadi takut dan segan. Para pakar kepemimpinan kini banyak menggunakan Yesus dan ajaran-Nya sebagai sebuah model kepemimpinan. Di antara sekian banyak teori kepemimpinan yang berkembang akhir-akhir ini, Injil kembali menjadi bahan pengajaran kepemimpinan dengan menempatkan Yesus sebagai modelnya. Yesus adalah seorang pemimpin bahkan pemimpin yang besar. Ajaran Yesus di dalam Injil adalah sebuah pembelajaran tentang kepemimpinan sejati yang dikenal dengan kepemimpinan yang melayani (Servant Leadership), yang hingga kini masih sangat relevan sebagai sumber inspirasi bagi kepemimpinan dimanapun dikembangkan dan dipraktekkan.
Istilah ini dicetuskan oleh Robert Greenleaf di tahun 1970an, yang menggambarkan seorang pemimpin yang umumnya tidak dianggap secara formal sebagai pemimpin. Ketika seseorang, di setiap level organisasi, memimpin dengan memenuhi kebutuhan timnya, dinamakan sebagai pemimpin yang melayani.
Model kepemimpinan pelayan ini esensinya adalah melayani orang lain, yaitu pelayanan kepada karyawan, pelanggan dan masyarakat, sebagai prioritas utama dan yang pertama. Kepemimpinan pelayan adalah suatu kepemimpinan yang berawal dari perasaan tulus yang timbul dari dalam hati yang berkehendak untuk melayani, yaitu untuk menjadi pihak pertama yang melayani. Pilihan yang berasal dari suara hati itu kemudian menghadirkan hasrat untuk menjadi pemimpin.
Fokus utama dari kepemimpinan pelayan adalah pada bagaimana mengembangkan pihak lain (pengikut, komunitas internal dan eksternal), bukan untuk mementingkan diri sendiri. Namun sebagai seorang pemimpin pelayan, terkadang kita harus siap melakukan berbagai hal sepele yang diremehkan orang lain. Bahkan harus menerima pandangan yang mengatakan bahwa pemimpin pelayan itu pemimpin yang lemah, tidak tegas dan tidak dapat mengambil keputusan sendiri.
Seorang pemimpin pelayan adalah orang yang selalu berusaha membantu orang lain, terkadang dalam beberapa hal Ia ditipu seseorang karena kebaikannya. Yang paling penting untuk diantisipasi dari hal ini adalah jangan sampai Anda menyerah hanya karena telah ditipu.

A      Pengertian kepemimpinan pelayanan

Kepemimpinan pelayan adalah sebuah konsep kepemimpinan etis yang diperkenalkan oleh Robert K. Greenleaf mula-mula pada tahun 1970. Robert K. Greenleaf sendiri menghabiskan sebagian besar kariernya di bidang penelitian manajemen, pengembangan dan pendidikan di AT&T selama 40 tahun. Kemudian, selama 25 tahun ia bekerja sebagai konsultan penting bagi sejumlah organisasi besar, seperti Universitas Ohio, MIT, Ford Foundation. Pada tahun 1964 ia mendirikan Center for Applied Ethics yang berganti nama menjadi Robert K. Greenleaf pada tahun 1985 di Indianapolis, Indiana.
Konsep kepemimpinan pelayan ini secara evolusioner mengubah pendekatan kepemimpinan yang bersifat organik dan pribadi. Pada akhir abad dua puluh ini, kita melihat mode otokratis dan hierarkis kepemimpinan yang tradisional perlahan-lahan bergerak menuju model yang lebih baru, yang berusaha secara simultan meningkatkan pertumbuhan pekerja dan memperbaiki mutu serta kepedulian banyak organisasi melalui perpaduan kerjasama tim dan masyarakat, keterlibatan pribadi dalam pembuatan keputusan, serta perilaku etis dan kepedulian. Cara pendekatan kepada kepemimpinan dan pelayanan yang baru ini disebut "kepemimpinan pelayan".
Kata pelayan dan pemimpin biasanya dianggap sebagai dua kata yang saling berlawanan. Bila dua kata yang berlawanan disatukan dengan cara kreatif dan bermakna, maka timbul satu paradoks. Menurut Greenleaf, pemimpin besar mula-mula harus melayani orang lain. Ini adalah kenyataan sederhana yang merupakan inti kebesarannya. Kepemimpinan sejati timbul dari mereka yang motivasi utamanya adalah keinginan menolong orang lain. Dengan demikian, kepemimpinan, menurut Greenleaf, haruslah menempatkan satu model pelayanan bagi orang lain, sebuah cara pendekatan holistik kepada pekerjaan, rasa kemasyarakatan, dan kekuasaan pembuatan keputusan yang dibagi bersama.
Siapakah pemimpin-pelayan itu? Dalam bukunya "The Servant as Leader", Greenleaf menulis: "Ini dimulai dengan perasaan alami bahwa orang ingin melayani, melayani lebih dulu. Kemudian pilihan sadar membawa orang untuk berkeinginan memimpin. Perbedaan ini memanifestasikan diri dalam kepedulian yang diambil oleh pelayan - yang mula-mula memastikan bahwa kebutuhan prioritas tertinggi orang lain adalah dilayani. Ujian yang terbaik adalah: Apakah mereka yang dilayani tumbuh sebagai pribadi, atau apakah mereka, sementara dilayani, menjadi lebih sehat, lebih bijaksana, lebih bebas, lebih mandiri, dan lebih memungkinkan diri mereka menjadi pelayan?
Sebagaimana dinyatakan di atas, bahwa konsep kepemimpinan pelayan adalah konsep yang mengubah pendekatan kepemimpinan secara evolusioner dan pribadi, maka konsep ini bukanlah perbaikan cepat atas persoalan-persoalan kepemimpinan. Kepemimpinan pelayan adalah cara pendekatan berjangka panjang yang memberikan perubahan pada kehidupan dan kerja.
Ada sepuluh ciri khas penting mengenai kepemimpinan pelayan, sebagaimana hasil studi Larry Spears atas tulisan-tulisan Greenleaf, yaitu:
  1. Mendengarkan
Pemimpin pelayan mengembangkan kemampuan dan komitmen untuk mengenali serta memahami secara jelas kata-kata orang lain. Mereka berusaha mendengarkan secara tanggap apa yang dikatakan dan tidak dikatakan. Mendengarkan juga melampaui upaya memahami suara batinnya sendiri, serta berusaha memahami apa yang dikomunikasikan oleh tubuh, jiwa, dan pikiran. Mendengarkan, dipadukan dengan perenungan yang teratur, mutlak penting bagi pertumbuhan pemimpin pelayan.

  1. Empati
Pemimpin pelayan berusaha keras memahami dan memberikan empati kepada orang lain. Orang perlu diterima dan diakui untuk jiwa mereka yang unik. Mereka akan menunjukkan itikad dan kerja baik jika diakui sebagai manusia. Pemimpin pelayan paling berhasil adalah mereka yang menjadi pendengar ahli penuh empati.

  1. Menyembuhkan
Salah satu kekuatan besar kepemimpinan pelayan adalah kemungkinan untuk menyembuhkan diri sendiri dan orang lain. Banyak orang yang patah semangat dan menderita akibat rasa sakit emosional. Maka belajar untuk menyembuhkan merupakan daya yang kuat untuk perubahan dan integrasi. Pemimpin pelayan mengakui bahwa mereka mempunyai kesempatan untuk membantu pemberian kesehatan bagi orang-orang yang berhubungan dengan mereka.

  1. Kesadaran
Kesadaran, terutama kesadaran diri, memperkuat pemimpin pelayan. Kesadaran membantu memahami persoalan yang melibatkan etika dan nilai-nilai. Ini memungkinkan orang bisa melihat persoalan-persoalan dari posisi yang lebih terintegrasi. Menurut Greenleaf, "Pemimpin pelayan senantiasa memiliki ketenangan batinnya sendiri."

  1. Persuasif
Ciri khas pemimpin pelayan lainnya adalah mengandalkan kemampuan membujuk, bukannya wewenang karena kedudukan, dalam membuat keputusan di dalam organisasi. Pemimpin pelayan berusaha meyakinkan orang lain, bukannya memaksakan kepatuhan. Ini merupakan ciri pembeda antara model wewenang tradisional dan model kepemimpinan pelayan. Kepemimpinan pelayan efektif dalam membangun konsensus kelompok.

  1. Konseptualisasi
Pemimpin pelayan berusaha menjaga kemampuan mereka untuk melihat suatu masalah dari perspektif yang melampaui realita dari hari ke hari. Banyak orang yang disibukkan oleh kebutuhan untuk meraih tujuan operasional jangka pendek. Pemimpin pelayan harus meregangkan pemikirannya hingga mencakup pemikiran konseptual yang mempunyai landasan yang lebih luas. Ini berarti pemimpin pelayan harus mengusahakan keseimbangan yang rumit antara konseptualisasi dan fokus operasional sehari-hari.

  1. Kemampuan meramalkan
Kemampuan untuk memperhitungkan sebelumnya, atau meramalkan hasil satu situasi sulit didefinsikan, tetapi mudah dikenali. Orang mengetahuinya bila mereka melihatnya. Kemampuan meramalkan adalah ciri khas yang memungkinkan pemimpin pelayan bisa memahami pelajaran dari masa lalu, realita masa sekarang, dan kemungkinan konsekuensi dari keputusan untuk masa datang. Ini menanamkan akarnya sampai jauh ke wilayah intuitif. Ini juga berarti ciri khas ini merupakan bawaan sejak lahirnya pemimpin tersebut.

  1. Kemampuan melayani
Melayani, atau stewardship, menurut Peter Block, adalah "memegang sesuatu dengan kepercayaan kepada orang lain." Kepemimpinan pelayan haruslah mempunyai kemampuan untuk melayani, dan terutama komitmen untuk melayani kebutuhan orang lain. Ini juga menekankan penggunaan keterbukaan dan bujukan, bukannya pengendalian. Menurut Greenleaf, semua apa yang ada dalam sebuah organisasi memainkan peranan penting dalam menjalankan organisasi tersebut dengan kepercayaan kepada kebaikan masyarakat yang lebih besar.

  1. Komitmen pada pertumbuhan manusia
Pemimpin pelayan berkeyakinan bahwa manusia mempunyai nilai intrinsik melampaui sumbangan nyata mereka sebagai pekerja. Dalam hal ini, pemimpin pelayan sangat berkomitmen terhadap pertumbuhan pribadi, profesional, dan spiritual setiap individu dalam organisasi itu.



  1. Membangun masyarakat
Pemimpin pelayan berusaha mengenali satu sarana untuk membangun masyarakat di kalangan mereka yang bekerja dalam organisasi tersebut. Kepemimpinan pelayan menyatakan bahwa masyarakat yang sesungguhnya bisa diciptakan di kalangan mereka yang bekerja dalam bisnis dan lembaga lainnya. Yang diperlukan untuk membangun kembali masyarakat sebagai bentuk kehidupan yang bisa dihayati bagi jumlah besar orang adlaah sejumlah cukup pemimpin pelayan yang menunjukkan jalan, bukan dengan gerakan masal, melainkan dengan cara setiap pemimpin pelayan memperlihatkan kemampuan yang tidak terbatas untuk kelompok spesifik yang berhubungan dengan masyarakat.

B.     Kepemimpinan Pelayan Yesus

1        Visi
Yesus Kristus mempunyai sebuah misi tentang kerajaan Allah, yaitu tentang kabar gembira.  Berikut ini adalah visi yang Ia bagikan dalam peristiwa yang kemudian dikenal  sebagai kotbah di Bukit :
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya kerajaan Sorga.
Berbahagialah orang yang berdukacita, karena meraka akan dihibur.
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi,
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karea mereka akan dipuaskan,
Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan
Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah,
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya kerajaan sorga. (Alkitab, Injil matius 5:3-10)


2        Nilai-nilai yang diajarkan oleh Yesus adalah :
a)      Cinta : Yesus menjawab, "Perintah yang pertama, ialah: 'Dengarlah, hai bangsa Israel! Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. Cintailah Tuhan Allahmu dengan sepenuh hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan seluruh akalmu dan dengan segala kekuatanmu. Perintah kedua ialah: 'Cintailah sesamamu, seperti engkau mencintai dirimu sendiri.' Tidak ada lagi perintah lain yang lebih penting dari kedua perintah itu."(Alikitab, Injil Markus 12:29-31)
b)      Pelayanan : Sebab itu Yesus memanggil mereka semua lalu berkata, "Kalian tahu bahwa pemimpin-pemimpin bangsa yang tidak mengenal Allah menindas rakyatnya. Dan pembesar-pembesar mereka menekan mereka. Tetapi kalian tidak boleh begitu. Sebaliknya, orang yang mau menjadi besar di antara kalian, harus menjadi pelayanmu. Dan orang yang mau menjadi yang pertama di antara kalian, harus menjadi hambamu. Sama seperti Anak Manusia itu juga; Ia datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani, dan menyerahkan nyawa-Nya untuk membebaskan banyak orang." (Alkitab, Injil Matius 20:25-28)
c)      Memberi : Ia melihat juga seorang janda yang sangat miskin, memasukkan dua keping uang tembaga. Lalu Yesus berkata, "Dengarkan: janda ini memasukkan lebih banyak dari semua yang lain. Sebab mereka semua memberi dari kelebihan hartanya. Tetapi janda ini, sekalipun sangat miskin, memberikan semua yang ada padanya yang diperlukannya sendiri untuk hidup." (Alkitab, Injil Lukas 21:1-4)
d)     Iman : Yesus menjawab, "Percayalah kepada Allah. Sungguh kalian dapat berkata kepada bukit ini, 'Terangkatlah dan terbuanglah ke dalam laut!' maka hal itu akan dilakukan bagi kalian; asal kalian tidak ragu-ragu, dan kalian percaya bahwa yang kalian katakan itu akan benar-benar terjadi. Sebab itu ingatlah ini: Apabila kalian berdoa dan minta sesuatu, percayalah bahwa Allah sudah memberikan kepadamu apa yang kalian minta, maka kalian akan menerimanya. (Alkitab, Injil Markus 11:22-24)
e)      Sukacita : Sekarang Aku datang kepada Bapa. Semuanya ini Kukatakan sementara Aku masih di dunia; supaya mereka dengan sepenuhnya merasakan kegembiraan-Ku. (Alkitab, Injil Yohanes 17:13). Yesus dating ke dunia dengan membawa kabar sukacita bagi mereka yang miskin dan menderita.
f)       Doa : Jawab Yesus kepada mereka: "Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya. dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan." (Alkitab, Injil Lukas 11:2-4)
g)      Kesaksian : Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. (Alkitab, Injil Matius 10:32)

  1. Karakter Yesus ketika Ia memimpin adalah :
    1. Rendah hati: Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan. Maka datanglah orang-orang membawa anak-anaknya yang kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka. Melihat itu murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Tetapi Yesus memanggil mereka dan berkata: "Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, dan jangan kamu menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." (Alkitab, Injil Lukas 18: 14-17)
    2. Teguh dan Bijak : Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." (Alkitab, Injil Lukas 12:33)
    3. Hubungan akrab dengan Ilahi : "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." (Alkitab, Injil Yohanes 15:1-8)


  1. Gaya Kepemimpinan Pelayan Yesus

Sejak awal menjalankan karyaNya, Yesus mengajarkan kepemimpinan kepada para muridnya, baik melalui sabda maupun perbuatanNya. Gaya kepemimpinanNya yang unik Ia tunjukan ketika :
1.      Menyembuhkan orang kusta : Ia sungguh peduli dan tanggap terhadap orang yang membutuhkan.
2.      Mengusir para pedagang dan membersihkan rumah ibadat : ia menentang institusi.
3.      Berkunjung kerumah Zakeus (seorang pemungut cukai) : Ia membuka pintu dialog, dan menghampiri orang yang dikecam masyarakat.
4.      Membela wanita yang di rajam oleh orang-orang farisi : Ia berani menentang perkara yang ditimpakan kepada wanita itu dan mengingatkan semua orang pada kesucian.
5.      Membasuh kaki para murid : Ia memberi teladan.
6.      Disalibkan : Ia konsisten mengejar visi dan misinya sampai rela mengorbankan hisupnya.

Gaya kepemimpinan Yesus dan ajarannya mengenai kepemimpinan terkesan sangat tidak lumrah pada jamannya, dan menantang kita yang hidup di jaman sekarang ini. Bahkan gaya dan ajaranNYa juga tidak dapat dimengerti oleh mereka yang sejak lama menantikan kedatangan Mesias (utusan Tuhan).

Motif dari pelayanan yakni memiliki sikap dan hati seorang pelayan, dan itu tampak sekali dalam kepemimpinan Yesus. Ia mengatakan kepada murid-murisnya : “ Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.”  
Dilain kesempatan, sebelum wafatnya, Ia pun memberikan contoh seorang pemimpin sebagai pelayan dengan membasuh kaki para muridnya satu per satu. Membasuh kaki adalah pekerjaan atau tugas seorang budak pada jaman itu dan dipandang oleh masyarakat sekitas adalah tugas yang hina. Yesus justru mendemonstrasikan itu kepada para murid-muridnya dan setelah peristiwa itu, Ia pun bertanya kepada muridnya : “mengertikah kamu apa yang telah aku perbuat? kamu menyebut aku guru dan Tuan, dan katamu itu tepat, sebab memang akulah guru dan tuan,.” Kemudian Ia menambahkan :” Jadi jikalau aku membasuh kakimu, aku yang adalah tuan dan gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu, sebab aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah aku perbuat kepadamu.”
Melalui sabda dan teladannya, Yesus mencontohkan kepemimpinan pelayanan dan meminta pengikutnya untuk berbuat demikian juga. Adapu beberapa contoh perkataan-perkataan Yesus adalah sebagai berikut :

a.       “Yang terbesar diantara kamu hendaklah menjadi yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan…..aku ditengah-tengah kamu sekalian sebagai pelayan.
b.      “Aku datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.”
c.       “Barang siapa ingin menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin ,menjadi terkemuka diantara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu.”

Pada inti kepemimpinan yang ia ajarkan, terkandung serangkaian nilai, sikap dan perilaku yang menjadi pokok kepemimpinan pelayanan. Pemimpim pelayanan memperjuangkan nilai-nilai pelayanan, kepadulian pada kebutuhan orang lain dan sikap rendah hati.
Yesus menanggalkan model kepemimpinan yang suka pamer, kemunafikan, dan penyalahgunaan kekuasaan secara terang-terangan.
Kepemimpinan pelayanan memberdayakan orang melaui teladan, bimbingan, kepedulian, pemahaman, kepekaan, kepercayaan, apresiasi, dorongan semangat, penguatan, dan visi bersama.
Adapun karakteristik yang dapat diambil dari kehidupan Yesus sebagai pemimpin pelayan adalah sebagai berikut :
a)      Pelayan yang rendah hati : tidak menarik perhatian pada dirinya sendiri
b)      Pelayan yang rajin : giat bekerja dan tidak malas
c)      Pelayan yang sibuk melayani : sibuk dengan urusan pelayanan.
d)     Pelayan yang mampu mengajar : terutama mengajar pelayanb lain, tidak suka bertengkar, melainkan ramah.
e)      Pelayan yang sabar : berkebalikan dedngan keadaan sekitar yang penuh amarah dimana ia berada.
f)       Pelayan yang taat : “ciri sikap pelayan” dan alasan mengapa begitu banyak orang bermasalah dengan pelayanan.
g)      Pelayan yang membaktikan dirinya : mempunyai komitmen penuh pada orang yang dilayaninya.
h)      Pelayan yang waspada : berjaga-jaga dan peka apabila tuannya sewaktu-waktu mungkin menghendaki dirinya untuk memenuhi kebutuhannya.
i)        Pelayan yang percaya : percaya pada tuannya.
j)        Pelayan yang tidak membantah  tuannya : menghormati tuannya.
k)      Pelayan sejati yang dipenuhi dengan Roh Ilahi : Ia hidup dalam bimbingan Ilahi, maka roh Ilahi menjadi kekuatan yang memampukan untuk melakukan pelayanan.


Kesimpulan
 Kepemimpinan pelayan melihat kedudukan itu sebagai kesempatan untuk melayani sebesar-besarnya bukannya dilayani sebesar-besarnya. Memimpin berarti melayani untuk kepentingan sesama, bukan untuk kepentingan diri sendiri. Mengutamakan atau mendahulukan kepentingan orang lain dari pada dirinya sendiri. Kepemimpinan hamba jelas bukan untuk mencari atau mengambil kesempatan atau aji mumpung. Mumpung berkuasa lalu jadi lupa diri, lupa tugas dan tanggung jawabnya. Mumpung berkuasa maka segala sesuatu dikuasai termasuk kekayaan negara dikuasai alias diembat. Mumpung berkuasa terus menekan yang di bawahnya erat-erat. Konsep mumpung disini harus dibalik. Mumpung itu harus dipergunakan sebesar-besarnya untuk melayani bukan sebaliknya untuk dilayani!
Kepemimpinan pelayan melihat kedudukan itu sebagai tanggung jawab. Bukan sekedar kekuasaan atau berada di posisi puncak atau urutan yang tertinggi. Kepemimpinan hamba bukannya memerintah secara otoriter lalu menguasai dan mengeksploitasi. Kepemimpinan hamba adalah kepemimpinan yang menyadari tugas dan tanggung jawab besar yang diembannya. Dengan kedudukan yang besar maka tanggungjawabnya semakin besar pula. Kepemimpinan hamba bukan sekedar tebar janji, tebar pesona atau mencari popularitas tetapi mau menebarkan kesejahteraan, menegakkan keadilan dan menjaga integritas, dan itu adalah tanggung jawab yang sangat besar.
Kepemimpinan pelayan berarti mau repot, mau kerja keras, ada pengorbanan besar di dalamnya. Di tengah dunia yang serba ekspres dan instant seringkali orang mencari kemudahan dengan alasan kalau bisa lebih gampang, kenapa harus mempersulit diri? Tetapi filosofi ini menjadikan orang enggan untuk peduli dan mau berkorban untuk sesama. Mau repot berarti harus keluar dari zona nyaman kita dan berada di zona yang nggak nyaman. Kepemimpinan hamba itu berarti ada resiko di mana kita harus mengorbankan tenaga, istirahat waktu dan kenyamanan kita. Kepemimpinan pelayan adalah kepemimpinan yang peduli dan mau melihat rakyatnya 'ke mana-mana'...
Kepemimpinan pelayan amat mungkin dilakukan, maka harapan kita para pemimpin—eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, dapat mewujudkan dengan spirit tak gendong sambil menyanyikan I love you full buat rakyatnya, tanda siap mengabdikan diri, memimpin sebagai pelayan.
Memimpin seperti Yesus (lead like Jesus) bukanlah perkara yang mudah tetapi sekaligus juga bukan sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Modalnya cuma satu yakni hati. Yesus mengajarkan kepemimpinan hamba dan melayani, pada intinya, terpusat pada apa yang ada di dalam hati seorang pemimpin. Hati akan menentukan apa yang terlihat keluar.
Dalam perspektif Yesus, kepemimpinan bukanlah suatu posisi di mana seorang pemimpin duduk untuk menikmati penghormatan, penghargaan, sanjungan dari umat atau bawahannya, melainkan suatu posisi di mana seseorang harus selalu siap untuk berada di posisi  yang paling rendah dan yang paling belakang. Dalam menjalankan tugas kepemimpinan, seorang pemimpin jangan pernah mengharapkan imbalan, atau penghasilan untuk menjadi kaya, tetapi sebaliknya, pemimpin harus siap untuk melepaskan semua yang ada padanya demi mengangkat umatnya. Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya (Alkitab, Surat Santo Paulus kepada jemaat di Korintus 2 8:9)


Daftar Pustaka
  1. Anthony D’ Souza (2009), Ennobel Enable Empower : Kepemimpinan Yesus Sang Almasih, Gramedia – Jakarta
  2. Konperensi Waligereja Indonesia (1988), Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia-Jakarta.

Sumber dari Internet :
  1. Kepemimpinan Yesus, http://www.sabda.org/lead/kepemimpinan_yesus. Diakses pada tanggal 03 Deesember 2010 pukul 20.00 WIB.
  2. Kepemimpinan Yesus : Model Servant Leadership,   http://sonnyelizaluchu.blogspot.com/2008/01/kepemimpinan-yesus-model-servant.html. Diakses pada tanggal 03 Desember 2010 pukul 20.30 WIB.

autism


Autism is a really big problem in the world today since it is known that autistic children cannot be cured but of course it does not mean that it cannot be helped. There is a question appears: which are the educational approaches most helpful to children with autism up to five years of age? This paper will present a few of the most recent and most helpful educational practices used to help children who are born with this disorder.
Autism is a disorder of neurological development and generally appears during the first three years of life and lasting throughout a person’s lifetime. The persons who suffer from this disease typically show difficulties in verbal and non-verbal communication, social interactions, and leisure or play activities. So the involvements of other persons in overcoming their difficulties are very necessary.
After the child reaches the first two years of his life, the parents usually will notice that there are some symptoms appear and develop. For some Children with autism the symptoms usually develop slowly but some of them first develop in normal way and then regress. Even though early behavioral or cognitive intervention can help autistic children gain self-care, social, and communication skills, that disorder remains incurable and when they are growing up to their adulthood, generally they will never be able to live independently but there are many stories about autistic persons who are successful in their lives due to their special gifts in some aspects, so it is important for the parents to see the doctor if they suspect that their child may be autistic, because they have to be treated by an experienced physician in order to have their children diagnosed.
The parents should observe their activities and give them choice when they have to start activities and also let them know what task follows the next. This will give them a sense of control and stability. In Indonesia, the term autism is not very known so the parents who realize the mental condition of their children usually just bring them to the special school which takes care of children with all kinds of mental disabilities to be educated and some of them just keep their autistic children at home due to their economical conditions.
There are several kinds of therapy that can help children with autism. First is speech therapy, which involves the treatment of communication disorder. This therapy trains the autistic children how to deal with their difficulties in non-verbal communication, speech pragmatics, conversation skills, and concept skills because in order to interact with their communities those skills will be needed. The parents of children with autism most often notice the first sign of their children’s problem which is actually the loss of language that had begun to develop in the second year of life. Sometimes the initial concern may be that the child is deaf because they are unresponsive to the voice of others including their parents’ voice in their environment.
There is another way to help by giving them therapy. Music therapy is a form of communication that can be non-threatening and calming down the autistic child. By listening to music, playing musical instruments or singing, they will be stimulated to have positive change in their human behaviors since autistic children are hypersensitive to external stimulation. Music therapy can be used to develop social engagement, communication abilities, and also addressing emotional needs and quality of life.
          The goal of occupational therapy is to improve their lives by giving cognitive, physical and motor skills so the therapy should be useful and helpful for the developments of the child and be able to live in society.
“Occupational therapy is a treatment that focuses on helping people achieving their independence in all areas of their lives. This therapy offers kids with various positive needs, fun activities in order to improve their cognitive, physical, motor skills, enhance their self-esteem and sense of accomplishment. Occupational therapy is not only for adults but also children because children's main activities are playing and learning, so an occupational therapist can evaluate children's skills in doing their activities, school performance, and activities of daily living and compare them with what is developmentally appropriate for the children in that age.”  (Kids Health> Parents> General Health> Aches, Pains & Injuries> Occupational Therapy: Retrieved 19.6.2010)
 The purpose of this therapy is that the one of the alternative methods since children learn about the world through their senses. A common symptom of Pervasive Developmental Disorder and autism is an unusual response to the senses of hearing, sight, touch, smell and movement.
“Sensory integration therapy is essentially a form of occupational therapy, and it is generally offered by specially trained occupational therapists. It involves specific sensory activities (swinging, bouncing, brushing, and more) that are intended to help the patient regulate his or her sensory response. The outcome of these activities may be better focus, improved behavior, and even lowered anxiety.”(Lisa Jo Rudy, August 21, 2007).
          In conclusion, this paper has covered in some detail and the best educational practices for autistic children which are available today.
         



Reference

.”(Lisa Jo Rudy, August 21, 2007). All about Sensory Integration Therapy and Autism
Kids Health> Parents> General Health> Aches, Pains & Injuries> Occupational Therapy: Retrieved 19.6.2010

Asesmen Anak berkesulitan belajar spesifik

Pengertian
Istilah asesmen berasal dari bahasa Inggris yaitu assesment yang berarti penilaian suatu keadaan. Jadi asesmen anak berkesulitan belajar spesifik adalah penilaian kemampuan anak berkesulitan belajar yang spesifik. Didalam proses penilaian tersebut terdapat proses pengumpulan informasi (data) tentang individu untuk membuat suatu keputusan kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan anak

Tujuan Asesmen Anak berkesulitan belajar Spesifik
Mengumpulkan data secara menyeluruh agar program pembelajaran yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan anak
Menyaring kemampuan anak
untuk keperluan pengklasifikasian,penempatan dan penentuan program pendidikan yang sesuai dengan anak.
untuk menentukan strategi dan evaluasi pengajaran

Manfaat Asesmen anak Berkesulitan Belajar Spesifik
Klasifikasi,identifikasi dan data dasar anak
Pembuatan keputusan program pendidikan anak
Pengevaluasian program.

Langkah-langkah Asesmen

ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA(DISLEKSIA)

Definisi Anak Bekesulitan Belajar Membaca
Disleksia menunjuk kepada anak yang tidak dapat membaca sekalipun penglihatan, pendengaran, dan intelegensinya normal
mata –tangan, dan visual.
Contoh aktivitas yang mendukung kontrol muskular: melatih otot gerak atas,menggunting, mewarnai gambar, finger painting dan tracing.
Kegiatan koordinasi mata – tangan seperti: membuat lingkaran dan menyalin bentuk-bentuk geometri.
Pengembangan diskriminasi visual dapat dilakukan dengan kegiatan membedakan bentuk, ukuran, dan detailnya sehingga anak menyadari bagaimana cara menulis suatu huruf.

Aktifitas kegiatan yang mendukung
Kegiatan yang memberikan kerja aktif dari pergerakan otot bahu, lengan atas – bawah, dan jari.
Menelusuri bentuk geometri dan barisan titik.
Menyambungkan titik.
Membuat garis horizontal dari kiri ke kanan.
Membuat garis vertikal dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
Membuat bentuk-bentuk lingkaran dan kurva.
Membuat garis miring secara vertikal.
Menyalin bentuk-bentuk sederhana
Membedakan bentuk huruf yang mirip dan huruf yang bunyinya hampir sama.


KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA (DISKALKULIA)

Definisi
Kesulitan belajar matematikan disebut juga diskalkulia (dyscalculia) (Lerner, 1988:430). Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan system saraf pusat.

Karakteristik
Menurut Lerner (1981:357) ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu:
Gangguan hubungan keruangan. Kesulitan dalam memahami konsep atas-bawah, puncak-dasar, jauh-dekat, tinggi-rendah, depan-belakang, dan awal-akhir. Sehingga anak tidak mampu merasakan jarak antara angka-angka pada garis bilangan atau penggaris, dan mungkin anak juga tidak tahu bahwa angka 3 lebih dekat ke angka 4 dari pada ke angka 6.
Abnormalitas persepsi visual. Anak mengalami kesulitan untuk melihat berbagai objek dalam hubungannya dengan kelompok atau set. Misalnya kesulitan menjumlahkan dua kelompok benda yang masing-masing terdiri dari lima dan empat anggota. Anak semacam itu mungkin akan menghitung satu per satu anggota tiap kelompok lebih dahulu sebelum menjumlahkannya. Mereka juga sering kesulitan membedakan bentuk-bentuk geometri.
Asosiasi visual-motor. Anak sering tidak dapat menghitung benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan bilangannya.
Perseverasi. Ada anak yang perhatiannya melekat pada suatu objek saja dalam jangka waktu yang relative lama.
Kesulitan mengenal dan memahami symbol
Ketidak pahaman terhadap nilai tempat, banyak diperlihatkan oleh anak seperti berikut ini:
75
27 -
58
Anak tidak memahami nilai tempat bilangan 7 pada bilangan 75, sehingga anak menghitung:15 – 7 = 8 dan 7 – 2 = 5 (bilangan 7 harusnya berubah jadi 6), jadi hasilnya 58. jawaban yang benar seharusnya 48.
Semua digit diambahkan bersama (algoritma yang keliru dan tidak memperhatikan nilai tempat
67
13 +
17
Anak menghitung: 6 + 7 + 3 + 1 = 17

Penanganan
Ordering (Mengurutkan) dan Seriasi
Ordering (mengurutkan) adalah kemampuan mengurutkan obyek berdasarkan tipe atau pola tertentu sehingga ada pemetaan hubungan dari urutan. Misalnya, (a) anak mengurutkan pola X – O – X – O – X - …. (b) mengurutkan obyek berdasarkan pola warna, misalnya mengurutkan 3 pola warna dan mengurutkan 4 pola warna, (c) mengurutkan obyek berdasarkan pola bentuk, contohnya mengurutkan 3 pola bentuk dan mengurutkan pola 4 bentuk.

Penanganan
Faktor kesiapan menulis.
Menulis membutuhkan kemampuan motorik, koordinasi mata –tangan, dan visual.
Contoh aktivitas yang mendukung kontrol muskular: melatih otot gerak atas,menggunting, mewarnai gambar, finger painting dan tracing.
Kegiatan koordinasi mata – tangan seperti: membuat lingkaran dan menyalin bentuk-bentuk geometri.
Pengembangan diskriminasi visual dapat dilakukan dengan kegiatan membedakan bentuk, ukuran, dan detailnya sehingga anak menyadari bagaimana cara menulis suatu huruf.

Aktifitas kegiatan yang mendukung
Kegiatan yang memberikan kerja aktif dari pergerakan otot bahu, lengan atas – bawah, dan jari.
Menelusuri bentuk geometri dan barisan titik.
Menyambungkan titik.
Membuat garis horizontal dari kiri ke kanan.
Membuat garis vertikal dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
Membuat bentuk-bentuk lingkaran dan kurva.
Membuat garis miring secara vertikal.
Menyalin bentuk-bentuk sederhana
Membedakan bentuk huruf yang mirip dan huruf yang bunyinya hampir sama.


KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA (DISKALKULIA)

Definisi
Kesulitan belajar matematikan disebut juga diskalkulia (dyscalculia) (Lerner, 1988:430). Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan system saraf pusat.

Karakteristik
Menurut Lerner (1981:357) ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu:
Gangguan hubungan keruangan. Kesulitan dalam memahami konsep atas-bawah, puncak-dasar, jauh-dekat, tinggi-rendah, depan-belakang, dan awal-akhir. Sehingga anak tidak mampu merasakan jarak antara angka-angka pada garis bilangan atau penggaris, dan mungkin anak juga tidak tahu bahwa angka 3 lebih dekat ke angka 4 dari pada ke angka 6.
Abnormalitas persepsi visual. Anak mengalami kesulitan untuk melihat berbagai objek dalam hubungannya dengan kelompok atau set. Misalnya kesulitan menjumlahkan dua kelompok benda yang masing-masing terdiri dari lima dan empat anggota. Anak semacam itu mungkin akan menghitung satu per satu anggota tiap kelompok lebih dahulu sebelum menjumlahkannya. Mereka juga sering kesulitan membedakan bentuk-bentuk geometri.
Asosiasi visual-motor. Anak sering tidak dapat menghitung benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan bilangannya.
Perseverasi. Ada anak yang perhatiannya melekat pada suatu objek saja dalam jangka waktu yang relative lama.
Kesulitan mengenal dan memahami symbol
Ketidak pahaman terhadap nilai tempat, banyak diperlihatkan oleh anak seperti berikut ini:
75
27 -
58
Anak tidak memahami nilai tempat bilangan 7 pada bilangan 75, sehingga anak menghitung:15 – 7 = 8 dan 7 – 2 = 5 (bilangan 7 harusnya berubah jadi 6), jadi hasilnya 58. jawaban yang benar seharusnya 48.
Semua digit diambahkan bersama (algoritma yang keliru dan tidak memperhatikan nilai tempat
67
13 +
17
Anak menghitung: 6 + 7 + 3 + 1 = 17

Penanganan
Ordering (Mengurutkan) dan Seriasi
Ordering (mengurutkan) adalah kemampuan mengurutkan obyek berdasarkan tipe atau pola tertentu sehingga ada pemetaan hubungan dari urutan. Misalnya, (a) anak mengurutkan pola X – O – X – O – X - …. (b) mengurutkan obyek berdasarkan pola warna, misalnya mengurutkan 3 pola warna dan mengurutkan 4 pola warna, (c) mengurutkan obyek berdasarkan pola bentuk, contohnya mengurutkan 3 pola bentuk dan mengurutkan pola 4 bentuk.
Sedangkan seriasi adalah menyusun obyek berdasarkan ukurannya mulai dari yang terpendek sampai yang paling panjang atau dari yang terkecil sampai yang terbesar (Homdijah, 2004:193).
Ordering dan seriasi menjadi aspek pra berhitung karena berkaitan dengan sifat bilangan dalam aritmatika/berhitung yang memiliki sifat keteraturan yang disusun secara terpola dan berurut. Buktinya, yaitu bilangan itu di susun mulai dari nilai yang terkecil sampai yang terbesar: 1 kemudian 2, setelah 2, 3 dan seterusnya (1, 2, 3, 4, dan seterusnya). Urutan bilangan itu pun berseri. Satu seri terdiri dari sepuluh bilangan dan disusun dari yang terkecil sampai yang terbesar. Misalnya, 1 sampai 10, 11 sampai 20 dan seterusnya.

Korespondensi
Contoh pada aspek ini misalnya; (a) anak menilai jumlah obyek yang sama tapi ukuran obyek itu berbeda (10 biji kancing kecil dalam satu gelas dengan 10 biji kancing besar dalam gelas yang lain); (b) menilai jumlah dua obyek yang berbeda (2 pencil dengan 2 pulpen ); (c) menghubungkan antara isi/nilai dengan lambang bilangan (gambar satu telur dihubungkan dengan lambang bilangan 1, gambar 5 buah apel dihubungkan dengan lambang bilangan 5.
Keterkaitan aspek korespondensi dengan keterampilan berhitung adalah menanamkan konsep pada anak bahwa adanya hubungan antara isi/nilai dengan lambang bilangan, sehingga anak mampu menghubungkan antara isi dan lambang bilangan. Meskipun lambang bilangan itu ditulis besar-besar tetapi isi/nilainya tetap. Lambang bilangan 1 artinya memiliki isi/nilai satu. Oleh karena itu dalam korespondensi ini pun anak dilibatkan dalam aktifitas menghubungkan antara lambang bilangan dengan isi/nilainya.

Konservasi
Konservasi adalah banyaknya obyek dalam satu tempat atau satu kelompok akan tetap konstan meskipun letaknya berubah (Mercer dan Mercer, 1989:189).
Konservasi mencakup;
konservasi jumlah yaitu konservasi jumlah dalam 5 obyek, konservasi jumlah dalam obyek dan konservasi jumlah dalam 9 obyek;
konservasi berat, yaitu konservasi berat (bulat dan pipih) dan konservasi berat (opal dan spiral);
konservasi isi, yaitu konservasi isi tentang air (posisi vertical) dan konservasi isi tentang air pada dua tempat yang berbeda;
konservasi luas yaitu obyek sama, posisi berbeda dan obyek sama, bentuk berbeda.






Sumber :
Prof. Dr. Bandi Delphie,MA.,S.E(2006) Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. penerbit Refika Aditama-Bandung
Dari website : http://pendidikankhusus.wordpress.com/2008/12/23/anak-berkesulitan-belajar/ diambil tanggal 23 Maret 2009
Norris G. Haring and Linda McCormick, 1986,Exceptional Children and Youth, Charles E. Merrill publishing company-USA(page 136-141)
Haryanto M.Pd, Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus (buku referensi mahasiswa PLB 2007.