Daftar Blog Saya

Minggu, 10 April 2011

Asesmen Anak berkesulitan belajar spesifik

Pengertian
Istilah asesmen berasal dari bahasa Inggris yaitu assesment yang berarti penilaian suatu keadaan. Jadi asesmen anak berkesulitan belajar spesifik adalah penilaian kemampuan anak berkesulitan belajar yang spesifik. Didalam proses penilaian tersebut terdapat proses pengumpulan informasi (data) tentang individu untuk membuat suatu keputusan kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan anak

Tujuan Asesmen Anak berkesulitan belajar Spesifik
Mengumpulkan data secara menyeluruh agar program pembelajaran yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan anak
Menyaring kemampuan anak
untuk keperluan pengklasifikasian,penempatan dan penentuan program pendidikan yang sesuai dengan anak.
untuk menentukan strategi dan evaluasi pengajaran

Manfaat Asesmen anak Berkesulitan Belajar Spesifik
Klasifikasi,identifikasi dan data dasar anak
Pembuatan keputusan program pendidikan anak
Pengevaluasian program.

Langkah-langkah Asesmen

ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA(DISLEKSIA)

Definisi Anak Bekesulitan Belajar Membaca
Disleksia menunjuk kepada anak yang tidak dapat membaca sekalipun penglihatan, pendengaran, dan intelegensinya normal
mata –tangan, dan visual.
Contoh aktivitas yang mendukung kontrol muskular: melatih otot gerak atas,menggunting, mewarnai gambar, finger painting dan tracing.
Kegiatan koordinasi mata – tangan seperti: membuat lingkaran dan menyalin bentuk-bentuk geometri.
Pengembangan diskriminasi visual dapat dilakukan dengan kegiatan membedakan bentuk, ukuran, dan detailnya sehingga anak menyadari bagaimana cara menulis suatu huruf.

Aktifitas kegiatan yang mendukung
Kegiatan yang memberikan kerja aktif dari pergerakan otot bahu, lengan atas – bawah, dan jari.
Menelusuri bentuk geometri dan barisan titik.
Menyambungkan titik.
Membuat garis horizontal dari kiri ke kanan.
Membuat garis vertikal dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
Membuat bentuk-bentuk lingkaran dan kurva.
Membuat garis miring secara vertikal.
Menyalin bentuk-bentuk sederhana
Membedakan bentuk huruf yang mirip dan huruf yang bunyinya hampir sama.


KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA (DISKALKULIA)

Definisi
Kesulitan belajar matematikan disebut juga diskalkulia (dyscalculia) (Lerner, 1988:430). Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan system saraf pusat.

Karakteristik
Menurut Lerner (1981:357) ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu:
Gangguan hubungan keruangan. Kesulitan dalam memahami konsep atas-bawah, puncak-dasar, jauh-dekat, tinggi-rendah, depan-belakang, dan awal-akhir. Sehingga anak tidak mampu merasakan jarak antara angka-angka pada garis bilangan atau penggaris, dan mungkin anak juga tidak tahu bahwa angka 3 lebih dekat ke angka 4 dari pada ke angka 6.
Abnormalitas persepsi visual. Anak mengalami kesulitan untuk melihat berbagai objek dalam hubungannya dengan kelompok atau set. Misalnya kesulitan menjumlahkan dua kelompok benda yang masing-masing terdiri dari lima dan empat anggota. Anak semacam itu mungkin akan menghitung satu per satu anggota tiap kelompok lebih dahulu sebelum menjumlahkannya. Mereka juga sering kesulitan membedakan bentuk-bentuk geometri.
Asosiasi visual-motor. Anak sering tidak dapat menghitung benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan bilangannya.
Perseverasi. Ada anak yang perhatiannya melekat pada suatu objek saja dalam jangka waktu yang relative lama.
Kesulitan mengenal dan memahami symbol
Ketidak pahaman terhadap nilai tempat, banyak diperlihatkan oleh anak seperti berikut ini:
75
27 -
58
Anak tidak memahami nilai tempat bilangan 7 pada bilangan 75, sehingga anak menghitung:15 – 7 = 8 dan 7 – 2 = 5 (bilangan 7 harusnya berubah jadi 6), jadi hasilnya 58. jawaban yang benar seharusnya 48.
Semua digit diambahkan bersama (algoritma yang keliru dan tidak memperhatikan nilai tempat
67
13 +
17
Anak menghitung: 6 + 7 + 3 + 1 = 17

Penanganan
Ordering (Mengurutkan) dan Seriasi
Ordering (mengurutkan) adalah kemampuan mengurutkan obyek berdasarkan tipe atau pola tertentu sehingga ada pemetaan hubungan dari urutan. Misalnya, (a) anak mengurutkan pola X – O – X – O – X - …. (b) mengurutkan obyek berdasarkan pola warna, misalnya mengurutkan 3 pola warna dan mengurutkan 4 pola warna, (c) mengurutkan obyek berdasarkan pola bentuk, contohnya mengurutkan 3 pola bentuk dan mengurutkan pola 4 bentuk.

Penanganan
Faktor kesiapan menulis.
Menulis membutuhkan kemampuan motorik, koordinasi mata –tangan, dan visual.
Contoh aktivitas yang mendukung kontrol muskular: melatih otot gerak atas,menggunting, mewarnai gambar, finger painting dan tracing.
Kegiatan koordinasi mata – tangan seperti: membuat lingkaran dan menyalin bentuk-bentuk geometri.
Pengembangan diskriminasi visual dapat dilakukan dengan kegiatan membedakan bentuk, ukuran, dan detailnya sehingga anak menyadari bagaimana cara menulis suatu huruf.

Aktifitas kegiatan yang mendukung
Kegiatan yang memberikan kerja aktif dari pergerakan otot bahu, lengan atas – bawah, dan jari.
Menelusuri bentuk geometri dan barisan titik.
Menyambungkan titik.
Membuat garis horizontal dari kiri ke kanan.
Membuat garis vertikal dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
Membuat bentuk-bentuk lingkaran dan kurva.
Membuat garis miring secara vertikal.
Menyalin bentuk-bentuk sederhana
Membedakan bentuk huruf yang mirip dan huruf yang bunyinya hampir sama.


KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA (DISKALKULIA)

Definisi
Kesulitan belajar matematikan disebut juga diskalkulia (dyscalculia) (Lerner, 1988:430). Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan system saraf pusat.

Karakteristik
Menurut Lerner (1981:357) ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu:
Gangguan hubungan keruangan. Kesulitan dalam memahami konsep atas-bawah, puncak-dasar, jauh-dekat, tinggi-rendah, depan-belakang, dan awal-akhir. Sehingga anak tidak mampu merasakan jarak antara angka-angka pada garis bilangan atau penggaris, dan mungkin anak juga tidak tahu bahwa angka 3 lebih dekat ke angka 4 dari pada ke angka 6.
Abnormalitas persepsi visual. Anak mengalami kesulitan untuk melihat berbagai objek dalam hubungannya dengan kelompok atau set. Misalnya kesulitan menjumlahkan dua kelompok benda yang masing-masing terdiri dari lima dan empat anggota. Anak semacam itu mungkin akan menghitung satu per satu anggota tiap kelompok lebih dahulu sebelum menjumlahkannya. Mereka juga sering kesulitan membedakan bentuk-bentuk geometri.
Asosiasi visual-motor. Anak sering tidak dapat menghitung benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan bilangannya.
Perseverasi. Ada anak yang perhatiannya melekat pada suatu objek saja dalam jangka waktu yang relative lama.
Kesulitan mengenal dan memahami symbol
Ketidak pahaman terhadap nilai tempat, banyak diperlihatkan oleh anak seperti berikut ini:
75
27 -
58
Anak tidak memahami nilai tempat bilangan 7 pada bilangan 75, sehingga anak menghitung:15 – 7 = 8 dan 7 – 2 = 5 (bilangan 7 harusnya berubah jadi 6), jadi hasilnya 58. jawaban yang benar seharusnya 48.
Semua digit diambahkan bersama (algoritma yang keliru dan tidak memperhatikan nilai tempat
67
13 +
17
Anak menghitung: 6 + 7 + 3 + 1 = 17

Penanganan
Ordering (Mengurutkan) dan Seriasi
Ordering (mengurutkan) adalah kemampuan mengurutkan obyek berdasarkan tipe atau pola tertentu sehingga ada pemetaan hubungan dari urutan. Misalnya, (a) anak mengurutkan pola X – O – X – O – X - …. (b) mengurutkan obyek berdasarkan pola warna, misalnya mengurutkan 3 pola warna dan mengurutkan 4 pola warna, (c) mengurutkan obyek berdasarkan pola bentuk, contohnya mengurutkan 3 pola bentuk dan mengurutkan pola 4 bentuk.
Sedangkan seriasi adalah menyusun obyek berdasarkan ukurannya mulai dari yang terpendek sampai yang paling panjang atau dari yang terkecil sampai yang terbesar (Homdijah, 2004:193).
Ordering dan seriasi menjadi aspek pra berhitung karena berkaitan dengan sifat bilangan dalam aritmatika/berhitung yang memiliki sifat keteraturan yang disusun secara terpola dan berurut. Buktinya, yaitu bilangan itu di susun mulai dari nilai yang terkecil sampai yang terbesar: 1 kemudian 2, setelah 2, 3 dan seterusnya (1, 2, 3, 4, dan seterusnya). Urutan bilangan itu pun berseri. Satu seri terdiri dari sepuluh bilangan dan disusun dari yang terkecil sampai yang terbesar. Misalnya, 1 sampai 10, 11 sampai 20 dan seterusnya.

Korespondensi
Contoh pada aspek ini misalnya; (a) anak menilai jumlah obyek yang sama tapi ukuran obyek itu berbeda (10 biji kancing kecil dalam satu gelas dengan 10 biji kancing besar dalam gelas yang lain); (b) menilai jumlah dua obyek yang berbeda (2 pencil dengan 2 pulpen ); (c) menghubungkan antara isi/nilai dengan lambang bilangan (gambar satu telur dihubungkan dengan lambang bilangan 1, gambar 5 buah apel dihubungkan dengan lambang bilangan 5.
Keterkaitan aspek korespondensi dengan keterampilan berhitung adalah menanamkan konsep pada anak bahwa adanya hubungan antara isi/nilai dengan lambang bilangan, sehingga anak mampu menghubungkan antara isi dan lambang bilangan. Meskipun lambang bilangan itu ditulis besar-besar tetapi isi/nilainya tetap. Lambang bilangan 1 artinya memiliki isi/nilai satu. Oleh karena itu dalam korespondensi ini pun anak dilibatkan dalam aktifitas menghubungkan antara lambang bilangan dengan isi/nilainya.

Konservasi
Konservasi adalah banyaknya obyek dalam satu tempat atau satu kelompok akan tetap konstan meskipun letaknya berubah (Mercer dan Mercer, 1989:189).
Konservasi mencakup;
konservasi jumlah yaitu konservasi jumlah dalam 5 obyek, konservasi jumlah dalam obyek dan konservasi jumlah dalam 9 obyek;
konservasi berat, yaitu konservasi berat (bulat dan pipih) dan konservasi berat (opal dan spiral);
konservasi isi, yaitu konservasi isi tentang air (posisi vertical) dan konservasi isi tentang air pada dua tempat yang berbeda;
konservasi luas yaitu obyek sama, posisi berbeda dan obyek sama, bentuk berbeda.






Sumber :
Prof. Dr. Bandi Delphie,MA.,S.E(2006) Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. penerbit Refika Aditama-Bandung
Dari website : http://pendidikankhusus.wordpress.com/2008/12/23/anak-berkesulitan-belajar/ diambil tanggal 23 Maret 2009
Norris G. Haring and Linda McCormick, 1986,Exceptional Children and Youth, Charles E. Merrill publishing company-USA(page 136-141)
Haryanto M.Pd, Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus (buku referensi mahasiswa PLB 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar